Sosok Mas'ud Said, Dewan Pakar Pemerintahan yang Jadi Penggawa ISNU dan MUI Jatim

Mas'ud Said Institute- Cendekiawan Hibrida, julukan yang disematkan sebagian orang kepada Prof. M. Mas’ud Said. Beliau sebagai intelektual (seorang professor) yang mumpuni di bidang keilmuan dan keorganisasian, di samping lincah juga ulet dalam menerobos jaringan organisasi, termasuk ‘mengendus’ kebijakan pembangunan masa depan serta memilik konsistensi penguatan ideologi Aswaja dalam praktek ubudiyah ahlussunnah waljamaah an-nadliyah.

M. Mas'ud Said, lahir di Sidoarjo pada 8 Maret 1964 dari keluarga Nahdliyin.  Sejak kecil ia menempuh pendidikan SMP dan SMA di Sidoarjo. Cak Ud mengasah bekal kepemimpinannya sejak dini yaitu di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)  meski menempuh . Masa itu Mas'ud Said dipercaya menjadi Ketua IPNU Pengurus Anak Cabang (PAC) Tulangan, menggantikan KH Agoes Ali Masyhuri.

Bekal kesantriannya kemudian diperdalam dengan mondok di Pondok Pesantren al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo pada tahun 1982. Adalah kerabatnya, KH Masduzi Zakaria, pengasuh Ponpes Darunnajjah Tulangan yang mendorong Mas’ud untuk nyantri di salah satu pesantren tertua di Jawa Timur. 

Selepas itu, pengalaman akademisnya dimulai dengan menempuh kuliah di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya hingga lulus tahun 1990. Selama kuliah di Malang itu, M. Mas'ud Said pernah mendapat amanah sebagai Ketua Umum Pengurus Cabang Pergerekana Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Kota Malang. Dari situlah, Mas'ud Said menjadi santri kalong KH A. Hasyim Muzadi dan turut mendampinginya dalam berbagai aktivitas ceramah. 

Setelah lulus sarjana, M. Mas'ud Said diterima menjadi dosen PNS yang diperbantukan untuk mengajar di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kebetulan saat itu, UMM sedang dipimpin oleh Prof. A. Malik Fajar. Lahir dan besar sebagai aktivis NU, tak membuat Mas’ud canggung saat berada di kampus Muhammadiyah terbesar di Jatim itu. “Saya belajar banyak dari manajemen pengelolaan kampus milik Muhammadiyah yang memang dikenal disiplin dan modern itu. Ada tradisi menghindarkan rasa kepemikikan jam’iyah secara lebih kolektif,” ujar Cak UdM. Mas'ud Said suatu ketika. 

Masud mengaku bahwa sebagai kader NU sejak kecil belajar manajemen universitas di kalangan Muhammadiyah yang menurutnya saat itu penuh disiplin, pendekatan manajemennya lebih rasional dan ada tradisi menghindarkan rasa kepemikikan jam'iyah  secara lebih kolektif.


M. Mas'ud Said mengenang, sosok Malik Fadjar sebagai tokoh besar yang disiplin memisahkan kakayaan lembaga dengan kepemilikan pribadi. Sebagai dosen ilmu sosial di UMM, Mas’ud atas fasilitasi Prof A Malik Fajar, bisa berkenalan dengan Prof M. Ryass Rasyid yang saat itu sedang bersinar sebagai cendekiawan. “Berguru ke Prof M. Ryaas Rasyid itu membuka jejaring nasional pada aras keilmuan pemerintahan,” tutur Mas’ud mengenang. 

Perjuangan M. Mas'ud Said itu terus menanjak hingga ia mendapatkan beasiswa doktoral dari AusAid. Cak Ud berhasil menyelesaikan gelar Ph.D dalam bidang ilmu pemerintahan dari School of Political and International Studies- Flinders University – Adelaide – Australia. Puncaknya, adalah ketika 2009, M Mas’ud Said dikukuhkan menjadi Guru Besar Ilmu Pemerintahan di Universitas Muhammadiyah Malang dengan pidato ilmiah Menggagas Innovative Bureaucracy Pemerintahan Indonesia. 

Sebagai akademisi yang berlatar belakang aktivis, Cak Ud tak mau hanya menjadi cendekiawan di menara gading. Dia aktif membina lembaga sosial antara lain LAZIS Sabilillah Malang, yayasan Nurul Abyadh Malang, Ketua Litbang PW NU Jawa Timur, Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Pengembangan Sumberdaya Manusia NU periode 1999 – 2014 dan pernah menjadi Dewan Penasehat Majelis Dzikir Al Khidmah. Saat ini, ia diamanahi menjadi Ketua Pimpinan Wilahyah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur 2018—2023 dan Ketua Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur 2020—2025 

Sebagai Aktor Intelektual yang Profesional,  Cak Ud diberikan amanah sebagai  Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah (2011-2014) dan Staf Khusus Menteri Sosial Bidang Pengembangan SDM dan Program Kementerian Sosial (2015-2018). Dewan Pakar Pemprov. Jatim, Komisaris Bank Jatim dan Direktur Pascasarjana Unisma.

M. Mas'ud Said, sebagai Ketua ISNU bertekad untuk membangkitkan dan mengembangkan ISNU Jatim, ini merupakan momentum yang pas untuk membangun kultur organisasi baru yang bekerja secara praktis, dan pragmatis untuk orang lain. keberadaan ISNU Jawa Timur harus lebih produktif. Baik sumbangsih secara pemikiran untuk NU, Indonesia, dan kemajuan agama Islam.

M. Mas'ud Said, Ketua Dewan Pimpinan Majelis MUI Jawa Timur yang baru resmi dikukuhkan pada Senin (15/02/2020), tentu beliau merupakan kader terbaik yang disodorkan untuk masuk pada jajaran MUI. Diharapkan bisa menjadi frontliner (beranda depan) untuk menyiapkan industri halal food di Indonesia. MUI harus jadi motor penggerak kekuatan pengembangan Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Insaniyah, dan Ukhuwah Wathaniyah.


0 Komentar